Kamis, 16 Februari 2017

Peridot si Permata Intermilenium yang Hampir Terlupakan

Peridot adalah permata cantik dengan cahaya hijau bernuansa lembut yang sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Setelah berabad-abad menghilang dari gemerlapnya dunia permata, batu ini kembali muncul dan meraih popularitasnya.


Peridot
Orang-orang Mesir Kuno mengenakannya dalam perhiasan mereka sejak 3.800 tahun silam! Setelah ribuan tahun batu ini masih tetap populer sampai sekarang.

Di masa itu Peridot (dibaca: peridow) ditambang di sebuah pulau vulkanis kecil bernama Pulau Zaberged di Laut Merah, sekitar 75 kilometer lepas pantai Mesir. Batu dengan hijau lembut dan fresh ini tidak lagi ditemukan di sana sampai sekitar tahun 1900an.

Penambangannya konon dilakukan di malam hari karena menurut legenda batu ini sulit ditemukan ketika hari masih siang. Namun pantulan warna hijaunya akan mudah tampak di bawah cahaya buatan.

Itu sebabnya orang Romawi kuno menjuluki Peridot si Zamrud Malam, karena warna hijau batu ini tidak berubah meski di bawah cahaya buatan. Bandingkan dengan Aleksandrit yang berwarna hijau ketika siang hari dan berubah merah keunguan di saat malam tiba.

Asal kata Peridot
Terkait dengan sejarahnya yang sudah berusia lebih dari 3000 tahun, Kata Peridot, dikatakan berasal dari kata Arab ‘faridat’ yang artinya batu permata.

Ada pula yang beranggapan 'peridot' berasal dari bahasa Prancis ‘peritot’, yang artinya tidak jernih, karena batu ukuran besar nampak agak berkabut di dalamnya.

Speciment
Spesimen Peridot langka berukuran besar dari Pakistan yang kini tersimpan di Smithsonian Museum, Amerika Serikat.
Konon batu ini pernah disebut di dalam Injil yang bahasa aslinya masih serumpun dengan bahasa Arab, bahasa Aramaic. Tetapi ada juga yang menganggap kata Peridot berasal dari bahasa Yunani, ‘peridotona’, yang artinya kurang lebih ‘membawa kekayaan’.

Orang Amerika dengan salah kaprah menyebut batu ini krisolit/chrysolite, kata yang berasal dari bahasa Yunani chrysolitos (terbakar menjadi abu) yang  berarti batu kuning emas yang kini diterapkan bagi Topas kuning atau hyacinth.

Di benua Eropa terutama di Jerman dan Inggris permata ini disebut Olivine yang sebenarnya adalah nama dari kristal pembentuk batu ini. 

Dalam mineralogi Peridot memang keturunan olivine yang berkualitas permata karena tidak semua olivine dapat dijadikan permata.

Jika Turmalin dan Agate/Akik yang hadir dengan banyak warna sehingga mempunyai bermacam-macam nama dan julukan sesuai dengan keunikan, warna atau pola-pola khas pada batu-batu tersebut. 

Sementara Peridot, meski hanya menyandang tiga nama ‘resmi’ yaitu Peridot, Chrysolite, dan Olivine, penamaan pada pada batu Peridot ini sungguh unik, karena nama dua yang terakhir agak kurang tepat bagi batu ini.

Peridot Dalam Mineralogi
Peridot adalah permata dengan adukan dua mineral yang terdiri dari forsterit (magnesium silikat) dan fayalit (besi silikat) dengan perbandingan 1 : 1. 

Derajat kekerasannya sedikit di bawah quartz (kuarsa/silika), yaitu 6,5 pada skala Mohs, dengan sistem kristal orthorombik.

Kristalnya kadang mengandung kotoran mineral biotit yang bentuknya seperti lembaran-lembaran daun lili air yang menimbulkan efek katoyan (mata kucing) pada batu ini.

Jika berpotensi mengeluarkan efek katoyan batu ini diasah cabochon (dome atau kubah di sisi atas), namun karena kebanyakan Peridot warnanya hijau transparan maka umumnya Peridot diasah bersending/facet, terutama dalam bentuk round, oval, cushion, markis, pendelope, dan briolet.

Peridot
Permata Peridot langka dengan efek katoyansi (mata kucing).
Semburat cahaya pada permata ini berkesan lembut, kilapnya nampak berminyak (oily) seperti minyak zaitun, tak heran jika orang Eropa khususnya menamakan permata ini sebagai Olivine, yang asal katanya adalah olive (zaitun). 

Tampilan fisik yang khas adalah Peridot permata dengan warna tunggal (yang selalu dalam variasi warna hijau) dengan pendaran lembut sinar keemasan.

Peridot

Peridot
Dulu di Indonesia Peridot dikenal dengan nama Biduri Minyak karena kilapnya yang nampak berminyak seperti kayu putih. Kadang disebut juga Akik Mirah Kuning.

Olivin memang kehijauan seperti buah zaitun ditambah krisolit berwarna kuning sehingga adonan keduanya menjadi hijau kekuningan. Sekarang di pasaran lokal batu ini lebih dikenal dengan nama internasionalnya.

Kristal olivin dalam ukuran kecil banyak ditemukan dalam batuan basalt, jenis batuan dari magma gunung berapi yang membeku secara cepat. 

Bahkan ditemukan juga di dalam meteorit yang berbahan dasar besi dan nikel (palasit). Beberapa spesimen Peridot dari luar angkasa ini sempat diasah dan dijadikan perhiasan.

Peridot dengan ukuran cukup besar dan berkualitas bagus ditambang di beberapa negara antara lain: Afghanistan, Pakistan, Myanmar (di daerah Mogok), Thailand, Afrika Selatan, Brasil, Norwegia, Srilangka, USA (ditambang oleh suku Indian di kawasan konservasi San Carlos, Arizona) dan Australia (Queensland).

Pantai di pulau-pulau di Oahu (Hawaii) banyak pula mengandung olivin berkualitas permata ini, tapi butirannya terlalu kecil untuk dijadikan perhiasan. Batu dari gunung berapi ini dulunya adalah harta karun bagai orang-orang Hawaii. Mereka menyebutnya air mata Dewi Api (Pele).

Kembalinya si Permata Inter Milenia
Sejarah Peridot memang sangat panjang, ia dikenal sebagai benda berharga sejak ribuan tahun lalu dan dikenakan sebagai perhiasan ribuan tahun lamanya.

Konon disebut di dalam Injil, permata bergengsi bagi bangsa Mesir Kuno, Zamrud Malam di era Kekaisaran Romawi dan mencapai puncak ketenarannya di Zaman Baroque pada abad pertengahan di Eropa.

Rough Peridot dari Pakistan dan Kashmir dengan ukuran dan kualitas yang luar biasa.
Setelah masa itu entah mengapa batu ini seolah kehilangan popularitasnya, mulai dilupakan orang dan menghilang dari peredaran blantika batu permata selama berabad-abad.

Sampai pertengahan tahun 90an, permata ini tiba-tiba kembali menjadi daya tarik besar dalam pameran-pameran permata di seluruh dunia. Penyebabnya adalah ditemukannya deposit Peridot dalam ukuran dan kualitas yang luar biasa di Pakistan. 

Penambangan di tempat ditemukannya itu begitu sulit karena letaknya di celah gunung dengan ketinggian lebih dari 4000 meter dari permukaan laut dan hanya bisa dilakukan di musim panas saja.

Deposit yang ditemukan memiliki ukuran dan bentuk kristal yang sangat bagus dan sensasional. Tidak salah jika dikatakan lebih bagus dari Peridot yang pernah ditemukan di mana pun di seluruh dunia.

Dengan jumlah deposit lebih dari cukup maka hal ini segera saja menaikkan permintaan akan Peridot  di pasaran batu permata internasional.

Karena kualitasnya yang spesial, Peridot daerah ini dijuluki Peridot Kashmir, mencontoh rekan permata lainnya yaitu Safir Kashmir yang lebih dulu populer di seantero jagad.

Di awal milenium ketiga, berkat penemuan spektakuler di Pakistan itu permata intermilenia yang terlupakan berabad-abad lamanya ini perlahan mulai memperoleh ketenarannya kembali. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar