Selasa, 14 Februari 2017

Pirus, Batu Favorit Semua Orang Sejak Ribuan Tahun yang Lalu

Eksistensi Pirus dalam dunia fashion sudah sangat tua dan hebatnya permata ini selalu hadir dalam pernak-pernik aksesoris di mana pun di berbagai belahan dunia ini.
Spesimen Pirus seberat 31 gram dari tambang  La Mariquita di Sonora, Mexico by Rob Lavinsky  (img source)

Pirus dikenakan oleh kaum bangsawan zaman dulu sampai oleh orang-orang modern di abad ini. Eksistensinya bahkan bisa ditelusuri sejak 8000 tahun silam! Dalam penemuan kepurbakalaan diketahui batu-batu ini mulai ditambang oleh bangsa Mesir Kuno sejak tahun 6000 SM!

Ciri khas permata ini adalah warnanya yang biru muda dan berkesan lembut. Permukaannya seperti diselaputi lapisan lilin sehingga kilapnya disebut kilap lilin (waxy).Ciri khas lainnya adalah tampilan urat-urat pada batu ini yang menambah keindahannya.

Secara ilmu mineral, ketika terbentuknya rough/mentahan batu ini kerap terjadi retakan-retakan, di mana retakan itu kemudian diisi oleh mineral limonit yang warnanya keperakan atau keemasan.

Spesimen Pirus berkualitas prima dari Loss Cerrillos, New Mexico, USA
Limonit kadang disebut juga bijih nikel berkadar rendah, mineral ini adalah salah satu dari dua jenis bijih besi yang ditambang untuk keperluan produksi besi, mineral yang mengandung besi lainnya adalah hematit.

Terkadang ada batu Pirus dengan urat-uratnya yang nampak berkilauan, seperti ditaburi bubuk emas yang berkilat-kilat. Hal ini akan menaikkan pamor dan tentu saja melejitkan harganya.

Turquoise
Pirus engan urat emas
Dalam kasus ini boleh jadi pirus adalah salah satu permata yang tidak tembus pandang/cahaya (opaque) yang paling mahal harganya.

Permata bagi semua orang
Di dunia permata dan fashion, warna biru langitnya nan sangat khas selalu menjadi trend yang tak lekang dan tak lapuk termakan zaman. Dan hebatnya ia menjadi favorit setiap orang dari berbagai strata sosial sehingga boleh dibilang pirus adalah permata bagi semua orang.

Batu ini sangat populer di Indonesia, bahkan banyak yang mengagungkannya, seperti Giok bagi orang Cina. Tak heran memang, sejak zaman dulu pun permata ini digandrungi para bangsawan dan rakyat jelata.

Di zaman sekarang bisa dikatakan mulai dari rakyat biasa sampai pejabat negara, banyak yang menggemari dan mengenakannya. Begitupun kegemaran orang akan batu ini jauh di luar negeri sana.

Turquoise
Perhiasan pirus bergaya vintage dan berbagai nuansa biru pada batu ini.
Bukti paling kuno tentang hal ini adalah penemuan sebuah kuburan rakyat biasa dari zaman Mesir Kuno di mana kuburan sang mayat dihiasi Pirus berukir. Penanggalan pada peti mati itu menunjukkan waktu sekitar tahun 3000 sebelum Nabi Isa AS lahir!

Sementara kuburan atau peti mati para petinggi dan bangsawan Mesir Kuno zaman itu pun banyak bertatahkan permata Pirus. Sejak 6000 SM mereka memang sudah memakainya dalam pernik-pernik perhiasan mereka bahkan setelah mati.

Di Macedonia, negeri yang dulu termasuk wilayah Kerajaan Persia, selama pemerintahan Raja Darius I (522 - 486 SM) batu ini sangat tinggi nilainya di kalangan bangsawan.

Di era sekarang, bukti itu tak terbantahkan lagi, banyak pejabat negara, pengusaha, politikus, artis ternama sampai ke rakyat bersahaja seperti saya yang menyukai batu ini.

Artis Holywood pun banyak yang menggemari batu ini. Sederet nama tenar mulai Sarrah Jessica Parker, Taylor Swift, Megan Fox, Cameron Diaz, Cyntia Nixon, Heidi Klum, Eva Mendez, Salma Hayek, Sharon Stone, sosialita macam Paris Hilton, Vanessa William sampai senator Sarah Palin dan banyak lagi yang tak canggung memakai aksesoris berhiaskan Pirus bergaya Native American Jewelry.

Selebritis Holywood dengan aksesori Pirus yang dikenakannya.
Asal Nama Pirus
Namanya berasal dari bahasa Persia, 'firousa'. Orang Yunani menyebut 'callais', tapi bangsa Eropa umumnya mengenal batu ini dengan nama turquoise alias Turki, karena dulu mereka menganggap Pirus berasal dari Turki.

Karena permata ini banyak di bawa oleh orang-orang dari wilayah sebelah timur Eropa, maka bagi mereka batu ini menjadi ciri khas bagi daerah itu. Sehingga Pirus populer dengan julukan 'batu 'timur' (The Eastern Stone).

Menurut sejarahnya Turki jadi tempat pelaluan batu cantik ini dari negeri asalnya di Iran. Ketika terjadi Perang Sabil, orang-orang Timur menghiasi gagang belati, pedang, dan kekang kuda mereka dengan bebatuan biru indah bernama Pirus.

Kedatangan pasukan muslim ke Eropa selain membawa agama wahyu juga membawa batu-batu timur nan eksotik ini. Dari sanalah orang-orang Eropa menyebut permata indah ini 'turquoise' yang berarti Turki, karena mengira batu ini berasal dari negara itu.

Pirus dan peradaban dunia
Selama ribuan tahun permata ini diyakini sebagai batu dengan kekuatan supranatural. Beberapa bangsa di dunia, baik di zaman kuno atau zaman sekarang, percaya Pirus adalah batu dengan aura sakral yang membawa keberuntungan.

Indian Aztec di Mexico menghiasi topeng-topeng upacara mereka dengan batu yang mereka anggap suci ini. Suku Indian Amerika Utara yang masih menambang batu ini percaya Pirus adalah kunci untuk membuka pintu surga.

Topeng kuno bangsa Aztec dan Maya yang diselimuti mozaik Pirus.
Orang Persia kuno mengenakan kalung pirus untuk melindungi diri dari kematian yang tidak wajar. Jika permata ini berubah warna pemiliknya harus waspada akan datangnya sebuah bencana yang akan menimpa dirinya.

Namun hal itu tak perlu dicemaskan lagi sekarang, karena warna Pirus sebenarnya tidak dapat berubah warna dengan sendirinya. Kecuali jika ia terkena paparan cahaya kuat terus menerus (dijemur di bawah sinar matahari, misalnya) atau bereaksi dengan zat kimia tertentu yang terkandung dalam kosmetika yang digunakan oleh pemiliknya.

Pirus dalam Mineralogi
Dalam mineralogi Pirus secara sederhana disebut tembaga aluminium fosfat, derajat kekerasan 6 pada skala Mohs, di bawah derajat kekerasan mineral kuarsa, berat jenis 2,60 – 2,90. Biasanya ditemukan pada areal tanah dengan kandungan tembaga berkonsentrasi tinggi.

Warna birunya disebabkan oleh tembaga, sedangkan nuansa kehijauannya dibawa oleh ion besi dan khrom. Deposit batu ini terdapat di Amerika Serikat, Israel, Iran, India, Afghanistan dan China, secara tradisi batu Pirus paling indah didapat di daerah utara Iran.

Turquoise
Pirus dari Iran
Range warna pada batu ini mulai dari biru pucat, biru, sampai kehijauan. Warnanya ini dibawakan oleh logam tembaga (Cu) yang dapat memudar jika terus menerus terkena paparan cahaya yang kuat atau jika kontak dengan beberapa zat kimia tertentu.

Warna Pirus yang memucat dapat dikembalikan ke warna semula dengan merendamnya dalam cairan asam urine. Pirus termasuk permata sensitif, mengingat tingkat kekerasannya dan warnanya yang bisa pudar batu ini biasanya di lapisi dengan resin sintetis atau film silika.

Sistem kristal pada Pirus adalah triklinik, mempunyai tiga sumbu yang tidak sama panjang dan saling membentuk sudut yang lebih besar atau lebih kecil dari 90 derajat.

Pirus Imitasi
Permata ini banyak dibuat imitasinya, bahkan sejak zaman dahulu. Di jaman itu Pirus tiruan dibuat dari frit sintetis yang adonannya terdiri dari silika, malakhit, kalsium karbonat dan soda abu.

Bahan Pirus imitasi lainnya adalah kaca, kalsedon atau porselin yang diwarnai. Pirus kalsedon biasanya lebih bening dari Pirus asli, berat jenisnya 3,3 dan memiliki gelembung-gelembung di bawah permukaannya.

Pirus tiruan yang dalam perdagangan permata dikenal sebagai Vienesse Turquoise dibuat dari campuran malakhit, alumunium hidroksida dan asam fosfat, yang digiling sampai halus dan dipanaskan pada suhu 150 derajat Celcius dan dipres dengan kekuatan besar. Imitasi ini pernah dibuat di Austria, Republik Chech, Prancis dan Inggris.

Pirus imitasi juga dibuat di Jerman sejak tahun 1957 dan diperdagangkan dengan nama neolit. Dibuat dari campuran bayerit dan tembaga fosfat kemudian diberi urat-urat dari senyawa besi yang amorf. Sedangkan di Amerika Serikat Pirus tiruan dibuat dari mineral bijih tembaga (malakhit atau azurit) yang diikat dengan semacam plastik.

Ada lagi yang di pasaran dikenal dengan nama Pirus Sinciang, seolah batu ini ditambang di daratan China, sebenarnya batu ini kebanyakan bukan asli melainkan sintetis belaka.

Pengujian Pirus imitasi di atas disamping dengan uji kekerasan dan berat jenis juga dapat dengan meneteskan cairan asam klorida (HCl), cairan itu akan berubah kuning kehijauan dan melekat pada kertas saring.

Selain Pirus buatan manusia terdapat pula mineral alam yang menyerupai Pirus yang disebut variscit, terutama varietas yang berwarna hijau lemon, karena variscit ada juga yang berwarna lain seperti merah buah raspberry atau merah buah cherry.

Perawatan pirus
Batu ini termasuk ‘lunak’ dalam arti tidak sekeras mineral lain seperti Quartz apalagi Rubi. Untuk menjaga keindahannya berhati-hatilah ketika mengenakannya, terutama kaum pria yang gemar menggunakan cincin Pirus.

Gesekan tanpa sengaja terhadap benda-benda keras akan menggores dan memudarkan cahayanya. Hindarkan juga terkena zat-zat kimia atau dari kosmetik yang mengandung sulfur/belerang.

Bersihkan batu ini dengan sabun ber-PH netral agar tidak bereaksi dengan zat kimia kuat yang terkandung di dalam sabun.

Keringkan dengan kain lembut, tidak perlu dijemur karena cahaya tajam matahari dapat memudarkan warnanya. Simpan dalam kotak beralas kapas atau kain lembut.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar