Kamis, 11 Agustus 2016

Spinel, Permata Legendaris yang Nyaris Tak Dikenal

Spinel adalah permata yang dapat disandingkan dengan Rubi atau Safir dalam hal keindahannya. Selain itu ia memiliki sejarah yang panjang bahkan lebih dari satu milenia.

Tanzanian Red Spinels yang terkenal dengan pendaran cahayanya.
Kilap dan kemilaunya menyihir dan mempesona para bangsawan, maharaja maharani, para penakluk dunia dari Mongolia, sampai ratu dan raja di Eropa.

Melihat sejarah Spinel seharusnya ia adalah sebuah legenda besar. Namun selama berabad-abad permata ini justru dikenal sebagai Rubi.

Hal itu terjadi karena memang secara mineral batu ini nyaris identik dengan Rubi atau Safir. Derajat kekerasannya hanya sedikit di bawah Rubi, 8 pada skala Mohs.

Dalam beberapa hal lain mereka memang sungguh serupa. Misalnya elemen peyebab warna merah pada Spinel juga menimbulkan warna yang sama pada Rubi, unsur itu adalah Khrom (Cr).

Secara kimia Spinel dan Rubi memang hampir serupa, Spinel adalah MgAl203 atau magnesium aluminium oksida sementara Rubi adalah aluminium oksida atau Al2O3.

Sementara berat jenis Spinel 3,58-3,89 dengan bidang belah yang sangat bagus. Susunan kristalnya kubus seperti intan yang membentuk deposit kristal berbentuk oktahedron.

Warna-warni pada Spinel
Spinel yang bersih memiliki tingkat kejernihan yang tinggi sehingga sangat gemerlap dan juga beraneka warna, tergantung dari ion penyusupnya. Satu-satunya warna yang tidak terdapat dalam permata ini adalah kuning.

Mineral Spinel (MgAl203) yang murni tidak memiliki warna (bening), namun masuknya elemen penyusup/pengotor menyebabkan permata ini hadir dalam berbagai warna, hampir semua warna permata yang kita kenal ada pada Spinel.

Serupa dengan Rubi, unsur penyusup pada Spinel biasanya ion besi (Fe), krom (Cr), vanadium (Va), mangaan (Ma) dan kobalt (Co). Elemen-elemen inilah yang bertanggung jawab pada munculnya bermacam warna pada Spinel.


Warna-warni Spinel.
Selain kilau merahnya yang mempesona dan sudah sangat melegenda, Spinel juga hadir dalam warna pink, biru, coklat, abu (silver), hitam dan ungu yang sangat menawan. Sejauh ini warna merah adalah warna yang umum dijumpai pada Spinel.

Transparansinya dimulai dari sangat jernih, transparant (tembus pandang) sampai translucent (semi transparan), kilapnya tergolong kilap vitreous (glassy) atau adamantin (kilap seperti berlian).

Beberapa spesimen mengandung mineral berbentuk serabut atau jarum yang jika diasah cabochon akan menghasilkan Spinel asterik (berbintang) enam tapi umumnya bersayap empat.

Kecantikan yang memperdaya
Karena kecantikan, gemerlap, kekerasan, dan keragaman warna luar biasa yang dimilikinya, Spinel termasuk batu favorit penggemar atau kolektor permata. Walaupun begitu, ironisnya sampai sekarang ia relatif kurang dikenal seperti orang mengenal Rubi, misalnya.

Tidak juga seperti permata dengan rekam sejarah yang jelas dan mahsyur karena hubungannya dengan peradaban-peradaban besar, maka Spinel yang mirip Rubi dengan kecantikannya yang setara itu malah nyaris tidak terdengar atau hampir tak pernah disebut dalam sejarah.

Paling tidak ada dua Spinel paling kesohor di dunia. Batu itu jadi simbol kewibaan dan kekayaan dari kerajaan Inggris, monarki yang paling disegani di dunia sampai saat ini, menjadi bagian penting dari keluarga bangsawan ini.

Kedua Spinel tadi termahsyur di mana-mana dengan nama ada yang tak ada hubungannya dengan jenis asli batu ini. Ratusan tahun lamanya batu merah besar di kedua mahkota kerajaan itu tersohor sebagai Rubi.

Black Prince's Ruby
Yang paling terkenal adalah Black Prince’s Ruby, sebuah Spinel merah seberat 170 karat yang ‘nangkring’ di Mahkota Kerajaan Inggris. Satu lagi Spinel merah jernih berjuluk ‘Rubi Timur’, dengan berat 352 karat yang dimiliki Ratu Elizabeth.

Julukan batu ini diambil dari pemilik pertamanya, Timur Lang, sang Penakluk dunia dari Mongol. Moyang Elizabeth, Raja Henry V bahkan menggunakan permata itu pada topi besi tempurnya!

Rubi dan Spinel memang membingungkan banyak orang, jangankan awam, para ahli mineral jaman dulu pun ‘terperdaya’ oleh penampilan keduanya yang nyaris identik.

Mungkin tidak begitu mengherankan, karena Rubi dan Spinel ditambang di lokasi yang sama di Myanmar dan Srilangka. Lagipula mereka memiliki kekerasan, daya tahan, warna, dan kecerlangan yang sangat serupa.

‘Rubi’ besar yang sebenarnya Spinel milik  Timur Lang, Raja Henry V-VIII dari Inggris, dan Peter yang Agung dari Rusia, sangat boleh jadi ditambang dari Badakshan (wilayah Afghanistan) di masa itu .

Dalam sejarah permata, Spinel boleh jadi permata yang paling banyak ‘memperdayai’ orang-orang tersohor. Rubi kenamaan yang terpasang pada mahkota para raja dan ratu itu ternyata sebenarnya adalah Spinel.

Catatan paling kuno tentang Spinel oleh Al Biruni
Dalam naskah-naskah kuno Spinel sering disebut Rubi Balas (Balas Ruby) yang lebih langka dari Rubi. Tidak seperti Rubi, deposit Spinel (Rubi balas) kadang ditemukan dalam ukuran yang sangat besar.

Al Biruni
Tulisan kuno tentang Rubi Balas atau Spinel tertuang dalam catatan Abu Al-Rayhan Muhammad ibn Ahmad al Biruni (973 – 1048), yang ditulisnya pada abad ke 11.

Al Biruni memang seorang ilmuwan genius yang mengagumkan, ia menguasai bahasa Persia, Hebrew, Sangsekerta, Aramic, Arab, Syria dan beberapa bahasa lain.

Karya dan kegeniusan Al Biruni dapat disejajarkan dengan Leonardo Da Vinci di dunia Barat, Al Biruni adalah Da Vinci-nya dunia Timur atau sebaliknya Da Vinci adalah Al Biruni-nya dunia Barat.

Al Biruni menyebut tentang tentang sebuah tempat di Badakhshan, tempat batu ini di tambang. Catatan yang ditulisnya memuat informasi tentang lokasi, rute ke area tambang, dan sejarah penemuan Spinel dengan lengkap.

Badakhshan adalah suatu tempat di Asia Tengah, sebelah utara Afghanistan yang berbatasan dengan Tajikistan, di mana Spinel ukuran besar dengan warna merah agak pinky nan jernih mengagumkan itu dulu ditemukan.

Tambang di Badakhsan diperkirakan mulai beroperasi abad ke 7 dan aktif sampai abad pertengahan, ketika itu Spinel merah besar yang ditemukan di sana dianggap Rubi dengan kualitas terbaik.

Mengambil nama asalnya, ‘Rubi’ ini kemudian dikenal sebagai Balas Ruby, yang berasal dari kata ‘balas’ atau ‘balascia’.

Sejak sekitar tahun 1587, di Myanmar -yang dikenal sebagai penghasil Spinel dengan warna-warni paling indah- barulah permata ini diketahui sebagai spesies yang berbeda dan lebih langka dari Rubi.

Ya, tak keliru jika dikatakan Spinel bagaikan saudara jauh Rubi yang bernasib malang, ia tak se-‘famous’ Rubi. Faktor lain mengapa Spinel tidak atau kurang dikenal sebagaimana mestinya adalah karena kelangkaannya.

Anehnya, harga batu nan atraktif ini ternyata lebih terjangkau dibandingkan Rubi, dengan kualitas yang sama Spinel dihargai seperlima atau setengahnya.

Kelangkaan yang menjadi ironi
Bisa jadi paradigma ini malah menjadi ironi di blantika batu permata, keberadaannya yang langka menjadi sebuah kelemahan. Orang sulit untuk mengembangkan kegemarannya terhadap batu yang sulit didapat.

Nah, seperti Safir, di mana dunia dibuat tertegun dengan tambang baru di Afrika yang depositnya  tak kalah atraktif dibanding Safir dari Srilangka, Myanmar atau Kashmir, Spinel pun tampaknya akan memasuki babak baru.

Belum cukup satu dekade lalu ditemukan sebuah tambang baru dengan deposit Spinel yang luar biasa baik dari ukuran maupun keindahan.

Temuan ini tampaknya akan mengubah pandangan orang terhadap permata ini selamanya. Bisa jadi ini pertanda bangkitnya sang legenda untuk mengambil kembali nama besarnya yang selama ini di’rebut’ oleh Rubi.