Kamis, 22 Februari 2018

Cintamani si Permata Antar Bintang

Banyak mitos beredar tentang batu yang satu ini terutama di kalangan Buddhist dan penganut Hindu. Namanya disebut-sebut dalam text atau naskah-naskah kuno mereka sejak ribuan tahun lalu.

Kata 'cintamani' berasal dari bahasa sangsekerta 'devanagari' yang dalam tulisan aslinya bisa juga dibaca 'chintamani' yang artinya 'permata yang bisa mewujudkan segala keinginan'.

Tektite yang merupakan batu meteor, Chintamani stones termasuk batu jenis ini.
Menurut ceritanya, dahulu kala ada batu jatuh dari langit dan mendarat di Tibet yang kemudian disakralkan dan diagungkan sebagai permata berkekuatan supranatural.

Permata itu juga memiliki kekuatan yang bisa menghancurkan jika jatuh ke tangan yang salah, maka demi keselamatan dunia batu ini dikirim ke Shambhala, sebuah negeri rahasia yang penuh mistis.

Namun kisah batu Cintamani tidak berhenti sampai di situ saja, artefak yang sangat berharga ini masih dicari keberadaannya... sampai kini.

Ilustrasi negeri Shambhala
Sudah banyak yang secara diam-diam mencarinya, tapi memang belum ditemukan.

Kerajaan Shambala sendiri entah di mana letaknya, pernah ada yang mencari ngubek-ngubek kawasan Himalaya tapi tidak jumpa.

Legenda Antar Bintang
Untuk memahami alur muasal batu ini ternyata harus dimulai dari dunia yang sangat jauh di luar angkasa.

Konon ada sebuah planet yang mengorbit bintang Sirius A meledak jutaan tahun yg lalu.

Pecahannya tersebar kemana-mana dan sebagian fragment planet itu ada yang mencapai planet Bumi.

Sirius A (kiri) da pasangannya Sirus B yang jauh lebih kecil.
Namun ada juga yang percaya batu itu dibawa langsung oleh para utusan dari planet itu ke Bumi, tempat di mana mereka berinteraksi dengan mahluk cerdas lain yaitu nenek moyang kita di masa lampau.

Tentu saja itu hanya mitos yang tidak ada dasar ilmiahnya. Walaupun dipercayai konon King Solomon sampai Alexander Agung dan para penguasa di masa lalu sangat berminat pada batu berkekuatan super ini.

Sirius sendiri merupakan benda langit yang sudah dikenal dari dulu kala. Sebabnya karena Sirius adalah bintang paling terang yang relatif mudah dikenali di antara ribuan bintang yang kita lihat di langit malam.

Nama bintang ini sendiri kemungkinan berasal dari kata bahasa Arab 'asy-syir'a' yang artinya bintang atau bahasa Yunani 'seirios' yang memiliki makna 'menyala'.

Tak heran jika kemudian bintang ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beberapa kebudayaan besar di era lampau.

Orang Mesir Kuno menyusun kalender mereka berdasar bintang tersebut, bangsa Yunani menganggap kemunculannya sebagai pertanda buruk. Sementara persekutuan rahasia Freemasonry mendapat inspirasi dari Sirius dan menyisipkannya dalam simbol-simbol masonik mereka.

Bintang yang kita lihat paling terang itu sebenarnya terdiri dari dua bintang yaitu Sirius A dan pasangannya Sirius B. Jaraknya sekitar 8 tahun cahaya dari Bumi. Hal ini baru diketahui sekitar abad 19.

Anehnya orang-orang Dogon di Mali Afrika dilaporkan sudah mengetahui bahwa Sirius bukan sebuah bintang tunggal, jauh sebelum astronomer modern menyadarinya.

Pengetahuan tentang hal itu hanya bisa didapat jika mengamati Sirius dengan teleskop modern. Lalu dari mana orang-orang Dogon itu mengetahui hal tersebut?

Para penggemar pseudo-science ('ilmu pengetahuan' tanpa bukti ilmiah) meyakini ada peradaban kuno yang sangat maju di masa lampau, pengetahuan orang Dogon adalah bukti kebenaran teori mereka.

Kembali ke Cintamani dan mitos yang menyelimutinya. Secara fisik Chintamani Stones digambarkan biasa-biasa saja, warnanya kehijauan berbentuk trapezohedron atau double pyramid dengan masing-masing sisi lebih dari 4.

Namun batu yang tampak biasa-biasa saja itu sesungguhnya artefak perpaduan antar dimensi yang tiada duanya dan memiliki kekuatan mistik yang luar biasa dan kekuatan itu ada pada dimensi lebih tinggi yang tak kasat mata.

Seperti yang telah dikatakan di atas, batu ini di simpan di sebuah kota rahasia di kerajaan mistis Shambhala. Namun beberapa fragment dari batu ini konon ada yang 'tertinggal' di dunia kita dan menjadi fokus pencaruian dari mereka yang ingin menguasai dunia.

Lalu dimanakah Shambhala itu sendiri? Benarkah di sekitar Himalaya atau berada di dimensi lain ?

Tentu saja itu semua hanya legenda atau mitos saja, namun terlepas permata ini punya kekuatan magis atau tidak secara mineralogi Cintamani memang ada.

Batu ini digambarkan sebagai permata berwarna kehijauan yang datang dari langit. Deskripsi ini cocok sekali dengan Moldavite, sebuah varietas Tektite yang terbentuk dari tumbukan meteorit.

Di masa lalu, ratusan atau ribuan tahun lalu, peristiwa jatuhnya meteorit menimpa bumi bisa jadi merupakan peristiwa ajaib nan menakjubkan. Moldavite yang ditemukan di kawah yang tercipta akibat tumbukan itu kemudian  dianggap sebagai permata dari surga.

Meski faktanya begitu, bahwa Cintamani tak lain adalah batu meteor, demi batu berkekuatan super, pencarian kerajaan mistis Shambhala rupanya belum berakhir.

Beberapa teori dikemukakan, ada yang mengatakan Shambhala bisa jadi berada di Asia Tenggara, tepatnya Filipina.

Yang menarik adalah sebuah kawasan di Bali yang bernama Kintamani yang jauh dari Himalaya atau Tibet tapi relatif dekat dengan Filipina.

Bukan kebetulan jika negara kita Indonesia digambarkan sebagai negara tropis paling indah di dunia, sehingga rasanya sesuai dengan gambaran keindahan bak surgawi kerajaan Shambhala.

Nah, apakah cintamani dan kisah tentang Shambhala adalah sebuah kiasan tentang negeri bagai surga dengan kekayaan batu permata (mineral) tersembunyi di dalamnya?

Dimana ada aggapan siapa yang mengontrol kekayaan itu akan mengontrol dunia, dan ternyata Shambhala itu ternyata Indonesia ? Entahlah...

Cintamani dalam Mineralogi
Cintamani hanya satu nama yang populer, karena ditemukan di banyak area ia memiliki nama-nama khas tergantung tempat ditemukannya.

Seperti permata lain ia juga memiliki beberapa julukan, biasanya yang ada hubungannya dengan langit seperti 'star stones', 'extraterrestrial stones', 'cosmic gems', 'sacred stones' dan semacamnya.

Secara ilmu mineral Cintamani digolongkan sebagai tektite/tektit yang masih keluarga Kuarsa/Quartz karena mineral utama yang membangun kristalnya adalah SiO2 (silikat).

Batu ini sejenis dengan Obsidian atau si gelas alam dimana Obsidian terbentuk dari kandungan silika dalam lava gunung berapi yang membeku secara cepat.

Susunan kristalnya serupa yaitu amorf (tidak memiliki bentuk) namun keterjadian (genesa) tektit tidak di dalam perut bumi melainkan di atmosfer dan atau di permukaan bumi.

Batu ini adalah kaca alam dari tumbukan meteor dengan permukaan bumi. Tumbukan itu menimbulkan ledakan dan panas yang dahsyat sehingga melelehkan silika yang terkandung pada meteor tersebut .

Asal kata 'tektite' sendiri dari bahasa Yunani 'tektos' yang berarti meleleh. Istilah itu disematkan oleh seorang geolog Austria bernama Franz  Eduard Suess (1867 - 1941).



Ukurannya kebanyakan sebesar kerikil dengan warna tunggal atau campuran antara hitam, coklat, hijau atau abu-abu.

Dimensinya bervariasi mulai hanya beberapa milimeter sampai beberapa sentimenter. Untuk yang pertama dikenal dengan nama mikrotektit.

Karakteristik Tektite
Meskipun secara sekilas Tektite sangat mirip dengan kaca alam vulkanis (Obsidian) namun Tektite memiliki karakter fisik yang berbeda.

Tidak seperti Obsidian batu ini murni kaca dan tidak mengandung mineral mikrolit yang biasanya terdapat pada batu jenis pertama.

Meskipun kandungan silika batu ini tinggi (>65%) komposisi kimia dan isotop atomnya lebih mendekati pada komposisi kimia dan isotop batuan sedimen dan sangat berbeda dengan dua fitur yang sama pada kaca alam yang terbentuk di area dekat permukaan bumi.

Tidak juga seperti Obsidian, Tektite hampir tidak mengandung air tapi ia megandung lekatelierit, sejenis mineral yang tidak terkandung pada Obsidian.

Perbedaan kandungan air ini dapat dilihat ketika kedua batu itu dipanaskan sampai titik leburnya. Obsidian akan berbuih dan ketika membeku tampak spongi (seperti busa). Sementara Tektite hanya akan mengeluarkan sangat sedikit gelembung udara.

Beberapa spesimen mengandung inklusi berupa mineral yang tampaknya ikut meleleh ketika meteor menumbuk permukaan bumi, sehingga akhirnya mereka tercampur.

Mineral inklusi ini bisa saja asalnya berupa butiran-butiran Quartz, Apatite atau bahkan Zircon yang ada di area di mana meteor itu menabrak bumi.

Klasifikasi Tektite
Berdasar bentuk dan karakter fisiknnya secara umum Tektite dibagi dalam empat kelompok yang terdiri dari tiga kelompok yang ditemukan di permukaan tanah dan kelompok yang ditemukan di kedalaman dasar laut.

Tektite dan nuansa warnanya
1. Tektite splash (ciptratan/percikan) atau tektit normal. Bentuknya bulat, bulat telur, tetesan air, seperti dumbel atau bentuk-bentuk lain yang merupakan ciri khas dari cipratan benda cair yang kemudian membeku. Ukurannya beberapa sentimenter.

2. Tektite aerodinamis, bentuknya mirip dengan kelompok di atas namun dengan beberapa fitur tambahan, diduga terjadi akibat pergesekan dengan udara ketika ia terbentuk dalam peristiwa tumbukan meteorit induknya.

3. Tektite Muong Nong, berbentuk layer (bentangan) dengan ukuran relatif besar, bisa mencapai 10 cm dan berat beberapa puluh kilogram. Bentuknya tak beraturan dan kristal tektit di dalamnya mengandung inklusi mineral lain.

4. Tektite mikro, ukurannya hanya beberapa milimeter saja. Bentuknya sangat bervariasi, bulat, bulat telur, teardrop, atau seperti cakram. Warnanya pun bervariasi dari transparan sampai kuning atau coklat muda. Kelompok ini ditemukan pada sedimen laut dalam.

Nama-nama Tektite
'Batu Bintang' ini biasanya dinamakan sesuai dengan tempat ditemukannya di mana daerah itu dulunya pernah terjadi tubrukan dengan meteor

Australite untuk tektit yang ditemukan di Australia. Warnanya kebanyakan hitam.

Bediasite, varietas tektit yang juga hitam ditemukan di area sekitar kawah meteor di Cheasepeake Bay, Texas USA.

Bikolite, tektit yang ditemukan di daerah Bikol Filipina.

Chinite, varietas tektit hitam dari daratan China yang termasuk lempeng australasia.

Darwin glass, tektit dari daerah Tasmania Australia.

Georgiaite, varietas tektit hijau dari Amerika, ditemukan di Georgia dalam kawasan yang sama dengan daerah ditemukannya Bediasite.

Indochinite, tektit yang ditemukan di seputaran Indochina, Vietnam, Laos, Kamboja, juga Thailand dan bagian selatan China.

Irghizite, ditemukan di kawah meteor Zhamanshin di Kazakhtan Asia Tengah, sama dengan tektite Zhamanshinite.

Ivorite, tektit hitam origin Pantai Gading (Ivory Coast) di sekitar Danau Bosumptwi yang mana dulunya merupakan kawah tumbukan meteorit.

Moldavite, varietas tektit hijau yang utamanya berasal dari daerah sekitar Sungai Moldau, Bohemia Selatan Republik Ceko.

Meski dalam jumlah sedikit Moldavite ditemukan juga di Waldvielter (Austria) dan Lausitz (Jerman).

Colombianite, tektit dari Colombia negara asalnya penyanyi Shakira. Variasi warnanhya coklat hitam atau hijau.

Billitonite, varietas tektit hitam dari pulau Belitung, kita mengenalnya sebagai Batu Satam. Masih satu keluarga dengan varietas Indochinite.

Karena keunikan tampilan fisiknya kebanyakan Tektite tidak digosok melainkan dibiarkan seperti bentuk aslinya.

Nah, demikian sekilas info tentang Cintamani atau Tektite si batu bintang. Semoga bermanfaat.

Permata menarik lainnya:

Pyrope, Batu Delima yang Terkenal Sejak Zaman Nabi Nuh

Serba-serbi Bacan atau Gem Silica


Citrine Permata nan Manis Hadiah dari Sang Mentari

1 komentar :

  1. Prediksi Togel HK Mbah Bonar 19 Maret 2020 Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu Disini Gabung sekarang dan Menangkan Hingga Ratusan Juta Rupiah !!!

    BalasHapus