Berhubung lagi sok sibuk blog ini pun terbengkalai, lama sekali rasanya tidak menulis tentang batu, kali ini saya kembali memulai kegiatan yang cukup menyita waktu namun mengasyikkan ini.
Butiran-butiran Tsavorite nan indah |
Bagi anda yang belum sempat membaca pembagian varietas batu yang umumnya dikenal sebagai Akik Delima ini, silahkan baca artikelnya di sini.
Lho, delima kan warnanya merah? Ini kok hijau? Hehe... silahkan klik link di atas. Dan mari kita telusuri si hijau nan menawan bagaikan Zamrud ini.
Asal nama Tsavorite
Batu ini mendapatkan namanya dari daerah asal permata ini pertama kali ditemukan pada tahun 1967 di Tsavo National Park, Tanzania dekat perbatasan Kenya.
Kawasan Suaka Margasatwa Tsavo yang terletak antara Tanzania dan Kenya, tempat ditemukannya Tsavorite. Foto lisensi CC-BY-SA-3.0. |
Sejarah Penemuan Tsavorite
Dalam petualangannya mencari permata di pegunungan di daerah itu, secara tak sengaja sang geolog asal Scotlandia ini menemukan bebatuan aneh dengan bentuk mirip kentang.
Seperti cerita dalam sinetron saja ketika 'kentang-kentang' unik itu dibelah di dalamnya nampak butiran-butiran dan fragmen-fragmen kristal berwarna hijau.
Tsavorite dalam matrixnya, berukuran cukup besar sekitar 1 x 0.9 cm, origin Tanzania. Foto by By Rob Lavinsky, iRocks.com CC-BY-SA-3.0 |
Penemuan garnet spesies baru nan sensasional ini segera membangkitkan minat spesialis permata, termasuk perusahaan terkenal dari New York, Tiffany & Co. Meski saat itu agak mustahil membawa batu ini dari Tanzania ke Amerika.
Namun Campbell Bridges tidak mau menyerah begitu saja, sebagai seorang geolog ia tahu bahwa deposit batu ini pasti tidak terdapat dalam satu area saja, sangat mungkin ia tersebar di areal yang lebih luas.
Geolog petualang ini menduga bentangan batuan pada kerak bumi di daerah itu menyambung sampai ke negara Kenya dan ada kemungkinan deposit batu-batu hijau cemerlang ini terdapat juga di sana. Dugaannya tidak keliru.
Lapisan bebatuan pada kerak bumi yang terbentang di daerah Afrika Timur umurnya sudah sangat tua. Mulai terbentuk sejak ratusan juta tahun yang lalu, ketika lempeng-lempeng benua masih sangat aktif bergerak.
Saat itu ratusan juta tahun lalu, area bebatuan ini terletak di dasar laut. Akibat pergerakan lempeng benua yang menimbulkan tekanan sangat besar maka sedimen yang terletak di antara lempeng benua ini pun terangkat ke permukaan.
Aktivitas tektonik dan vulkanis ini dan tekanan maha dahsyat plus temperatur sangat tinggi mengubah sebagian bebatuan yang telah terbentuk menjadi permata-permata yang kita lihat sekarang ini.
Dari proses ini terciptalah mineral-mineral permata baru, termasuk satu di antaranya grosular hijau di kawasan Suaka Margasatwa Tsavo, Afrika Timur ini. Tempat di mana namanya berasal, Tsavorite.
Meskipun menghasilkan aneka permata, geliat magma dan lempeng benua yang superaktif tadi membawa efek samping lain, yaitu hancur atau rusaknya kristal-kristal yang telah terbentuk menjadi fragmen atau butiran-butiran, sehingga agak jarang ditemukan mineral mentah dalam ukuran cukup besar.
Kondisi Tanzania yang penuh gejolak membuat batu ini agak sulit di bawa keluar negara itu. Pada tahun 1971 Campbell bertekad meneruskan usahanya mencari deposit batuan serupa di daerah Kenya.
Berkat keyakinan dan pengetahuannya ia berhasil mendapat izin resmi di Kenya dan dapat mengeksploitasinya secara besar-besaran. Namun sampai tahun 1974 varietas garnet ini hanya dikenal di kalangan gemolog.
Sejak Tiffany & Co mempromosikannyas secara luas batu ini pun segera mendapat perhatian di Amerika dan dunia internasional.
Sayangnya, sang penemu Tsavorite kemudian mengalami nasib nahas, Cambell tewas dalam sebuah penyerangan yang dilakukan oleh sekawanan orang yang yang bersenjatakan tombak, busur dan anak panah di kota Voi dan meninggal setibanya di rumah sakit akibat luka-luka yang dideritanya. Penyerangan diduga akibat persaingan antar pemburu permata yang terjadi di daerah itu.
Pada 19 Agustus 2009 polisi Kenya menangkap para pelaku penyerangan. Proses peradilan berlangsung sampai akhir tahun 2012, dan pada bulan Desember 2014 empat pelaku utama dijatuhi hukuman total 160 tahun kurungan oleh Hakim Maureen Odero !
Tsavorite yang segera menjadi batu favorit
Di samping kisah sedih sang penemu, banyak orang segera menjadi penggemar batu ini, nuansa hijaun dan kemilaunya nan cemerlang, mantap laksana Zamrud dan harga yang relatif terjangkau menjadi daya pikat yang tak terelakkan dari Tsavorite.
Seperti kebanyakan permata turunan garnet, ia tidak memerlukan perlakuan tambahan untuk menyempurnakan keindahannya.
Tsavorite - Foto By Rob Lavinsky, iRocks.com - lisensi CC-BY-SA-3.0 |
Sehingga permata jadi dengan ukuran 2 carat saja sudah termasuk barang langka dan berharga. Namun berkat gemerlap yang dimilikinya, batu ini tetap memancarkan kilau indahnya meski dalam ukurannya yang relatif kecil.
Batu ini digosok dalam asahan facet/berjenjang dengan berbagai macam variasinya, mulai dari round, brilliant, marquese, oval, trilliant, pear dan berbagai variasinya.
Anting Tsavorites yang dipadu dengan Berlian |
Kekerasan Tsavorit mencapai 7,5 pada skala Mohs, hanya sedikit di bawah zamrud. Dengan beberapa nilai lebih, harganya lebih terjangkau dari batu mulia dengan hijau tiada tandingan itu.
Di Indonesia permata ini belum memiliki nama yang khusus, karena di dunia internasional batu ini belum setengah abad dikenal orang. Namanya diberikan oleh Henry Platt, mantan Dirut Tiffany & Co, yang mengikuti lika-liku penemuan batu ini sejak awal.
Kalau garnet hijau dari mineral uvarovit mendapat nama Biduri Keluwing karena hijaunya seperti berkabut, maka garnet hijau varietas grosular nan cemerlang ini mungkin berhak mendapat nama Biduri Keluwing Bening hehe... (just kidding).
Batu keturunan Garnet menarik lainnya:
Pyrope, Batu Delima yang Terkenal Sejak Zaman Nabi Nuh
Tidak ada komentar :
Posting Komentar