Jumat, 30 Oktober 2020

Legenda si Biru Neon Turmalin Paraiba

Keindahan Turmalin dengan warna-warninya sudah sejak lama dikenal dunia . 

Namun ada satu varietasnya yang  baru ditemukan, tipe yang sangat langka dan digolongkan batu mulia, namanya Turmalin Paraiba.

Turmalin Paraiba
Turmalin Paraiba dengan biru neon yang vivid (mantap).

Kelangkaan batu ini dapat digambarkan seperti ini : dalam kurun waktu yang sama hanya 1 Turmalin Paraiba yang ditemukan untuk setiap penemuan 10.000 butir berlian. Wow, langka sekali, bukan?

Tidak seperti permata lain dalam divisi paling bergengsi di kerajaan permata ini, sebutlah Berlian, Ruby, Safir, atau Zamrud yang telah dikenal manusia sejak ratusan atau ribuan tahun lalu, batu mulia ini belum lama ditemukan dan diangkat ke permukaan bumi.

Beruntung anda singgah dan sempat membaca artikel ini, sehingga pantaslah anda menyandang predikat sebagai salah satu saksi hidup dari sebuah permata 'rookie' yang belum lama memulai debutnya dengan kehadiran yang begitu sensasional dan dalam waktu singkat berjaya memikat hati banyak orang.

Salah satu Turmalin Paraiba terbesar dan terindah yang pernah ada, berat 59.10 carat, milik salah satu artis top Hollywood. Harganya diperkirakan mencapai 5 - 10 juta USD.

Turmalin tipe ini ditemukan tahun 1989 dan memulai debutnya setahun kemudian di pameran permata Tucson, Amerika Serikat, dan sejak saat itu menjadi salah satu fokus perhatian dan incaran para kolektor atau penggemar permata.

Baiklah, mari kita telusuri batu biru kehijauan dengan cahaya neon bahkan ketika masih berupa rough ini, yang tidak akan berlebihan jika dikatakan belum pernah terlihat pada permata apapun sebelumnya, ditambah ekslusivitas, kualitasnya yang unik dan kisah penemuannya yang melegenda menjadikannya harta karun bagi para pemburu permata.

Paraiba Tourmaline
Rough Turmalin Paraiba. Photo Robert Weldon. Courtesy Brian Cook.

Turmalin Paraiba belum diketahui eksistensinya sampai awal tahun 90an. Meskipun masih spesies Turmalin ia memiliki properti khusus yang berbeda dengan Turmalin yang selama ini kita kenal, yaitu kandungan unsur tembaga/copper atau mangaan di dalam susunan kimianya. Intrusi tembaga dan mangaan dalam struktur kristalnya inilah yang menimbulkan semburat cahaya neon pada warna birunya yang vivid itu. Semakin tinggi kadarnya semakin tinggi efek saturasinya pada batu ini. Hal inilah yang membedakan dengan jenis Turmalin lainnya.

Kisah Penemuan Turmalin Paraiba
Adalah seorang pencari permata, Hector Dimas Barbosa plus para asistennya, yang karena keyakinan dan kerja keras mereka yang tak kenal lelah maka akhirnya batu ini ditemukan dan terangkat dari perut bumi.

Kisah itu bermula sekitar awal tahun 80an, ketika itu Hector merasa yakin ada sesuatu di dalam bukit-bukit kaya kandungan tembaga di São José da Batalha, Paraiba, Brasil itu. Ya, selain sepak bola negeri Samba ini memang dari dari dulu terkenal sebagai penghasil permata-permata indah di dunia, termasuk Turmalin.

Paraiba, Brasil.

Batu ini dicari dan sebenarnya sudah ditemukan sekitar tahun 1982 namun rough berkualitas permata baru didapat sekitar tahun 1989. 

Nah, kembali ke sekilas sejarah penemuan batu ini. Bertahun-tahun lamanya Hector menggali lubang demi lubang untuk menemukan apa yang dicarinya. Sampai sekitar tahun 1989 Turmalin biru neon ini akhirnya ditemukan. Sayangnya, karena sedang terbaring sakit, Hector tidak bisa hadir dalam pengangkatan pertamanya dari dalam tanah. Namun sudah tentu ia merasa bangga karena penemuannya segera saja menjadi bahan berita dimana-mana.

Kemudian sejak penampilan perdananya di pameran permata tahunan di Tucson pada tahun 1990, ia segera saja menjadi perhatian dan sensasi di kalangan pencinta permata. 

Sebagai  pendatang baru harganya termasuk fantastis, top quality-nya dihargai 3.000 USD/ct, masih dianggap terlalu mahal untuk sebuah Turmalin yang jika dihitung sekarang malah  kemurahan, karena Turmalin Paraiba terbaik harganya kini mencapai 16.000 USD/ct!

Sayangnya, dari penemuan awalnya itu, sampai lima tahun kemudian Turmalin Paraiba tak pernah didapatkan lagi di lokasi asalnya, batu ini tampaknya hanya ditemukan di bukit-bukit daerah itu saja, meski batu serupa ditemukan juga dalam jumlah sedikit di Rio Grande do Norte, kawasan yang berdekatan dengan Paraiba.

Paraiba dari Benua Lain
Sekitar tahun 2001 ditemukanlah batu serupa bahkan bisa dikatakan identik, meski bagi sebagian orang warna dan saturasinya tidak sebagus origin Paraiba, di lokasi yang jauh di seberang Lautan Atlantik, di benua Afrika sana, tepatnya di Nigeria.

Lalu tahun 2005 ditemukan juga di Mozambique dengan range warna lebih beragam, mulai dari hijau, biru-kehijauan atau biru-keunguan, sampai yang mirip dengan warna Paraiba Brasil. Hebatnya, Paraiba Mozambique ini seringkali lebih jernih dari Paraiba Brasil dengan ukuran yang juga lebih besar!

Turmalin Paraiba origin Mozambik seberat 1 carat.

Batu beda origin ini sama persis atau secara kimiawi identik, yaitu Turmalin dengan intrusi unik yang sama, tembaga dan mangaan, tapi mengapa batu yang identik ini bisa muncul di dua tempat berbeda yang begitu berjauhan jaraknya?

Hal ini bisa dijelaskan secara geologi yaitu dari pergerakan lempeng benua. Dahulu, jutaan tahun yang lalu, Benua Afrika dan Amerika masih bersatu, gerak tektonik menyebabkan lama-kelamaan benua ini terpisah sampai menjadi bentuknya yang sekarang. Jika anda perhatikan di peta dunia, nampak lekukan pesisir timur Amerika Selatan akan pas sekali jika disatukan dengan pesisir barat Afrika. Tempat ditemukannya Turmalin Paraiba di Brasil dan di Afrika dulunya merupakan satu daerah/daratan yang sama.

Pesisir Timur Amerika dan Barat Afrika 

Kemunculan Paraiba Afrika ini sempat menimbulkan perdebatan, mengingat susunan kimianya yang identik dan kualitasnya yang sebanding apakah layak menyandang gelar Turmalin Paraiba juga seperti saudaranya yang dari Brasil itu? Ada yang berpendapat bahwa 'paraiba' seharusnya merujuk pada origin batu ini, di luar itu tidak bisa diterapkan walau dengan kualitas yang dikatakan sama.

Sampai Februari tahun 2006, disepakatilah bahwa istilah 'Paraiba' dirujukkan pada sebuah jenis/tipe Turmalin dan bukan pada nama tempat. Beberapa bulan berikutnya hal ini disetujui oleh International Laboratory Manual Harmonization Committee. Sehingga, yang akan datang Turmalin dengan ciri atau properti yang sama dapat dinamakan paraiba meskipun didapat di daerah lain, di luar daerah-daerah yang telah disebut di atas.

Nah, itulah sekelumit kisah tentang Turmalin Paraiba. Rasanya tak akan habis-habisnya bercerita soal Turmalin. Batu ini punya begitu banyak warna dimana tiap warna punya nama dan keindahan tersendiri. 

Mau tahu lebih banyak tentang Turmalin, sila klik link di bawah ini.

Keajaiban Turmalin, Batu dengan Sejuta Warna