Pietersite (foto : googleimage) |
Bedanya, schiller effect (katoyan) pada Tiger's atau Hawk's Eye bersifat linear paralel, lurus atau mengikuti jalur tertentu, maka pada Pietersite katoyansi-nya chaotic, random atau acak yang justru menambah keindahannya.
Pola warna pada batu ini akan mengingatkan orang pada badai yang terjadi pada atmosfir sebuah planet. Kontras biru dan warna keemasannya begitu ilusif, dramatis dan mengagumkan.
Sejarah Penemuan Pietersite
Pietersite belum lama dikenal dunia. Pertama kali ditemukan tahun 1962 di Namibia, Afrika Selatan, oleh Sidney 'Sid' Pieters, seorang tokoh perbatuan paling menonjol di Namibia,
Ia lahir dan dibesarkan di Namibia pada tanggal 8 Maret 1920 dan meninggal tahun 2003. Ayahnya pekerja tambang timah yang wilayah tambangnya berada di dataran Erongo dan ikut mendirikan beberapa perusahaan tambang penting di negara itu.
Contoh spesimen Pietersite Afrika, foto By R12347 |
Mineral seperti Beryl, Topaz, Turmalin, Safir, Rose Quartz dan banyak mineral lain termasuk rare material (unsur logam yang jarang terdapat di alam) seperti Niobium, Iodium, dan Tantalalum seringkali terdapat dalam batuan ini.
Ketika menemukan Turmalin ia memutuskan mengekplorasinya secara komersial. Sejak itu ia pun memulai bisnis perbatuannya dengan membuka workshop "The Usako Gemstore" di Usako pada tahun 1945
Selang dua dekade kemudian, tepatnya tahun 1963 Sid membuka workshop "House of Gems" di Windhoek, ibu kota negara itu.
Selain dari dua tambang miliknya di Karibib dan Usako, spesimen Turmalin yang diperdagangkannya berasal dari lokasi lain, seperti Spitzkop, Erongo, Onganja, Berg Aukas, Rossing, Arandis, Otavi, Brandberg, Tsumeb Mine dan Mile 72.
Lokasi terakhir berada dekat Swakopmund di mana di sana ditemukan Jeremejevite, permata langka yang harganya rruarr biasa itu.
Tidak kurang dari 60 tahun Sid menjadi dealer penting berbagai spesimen Turmalin indah yang dihasilkan Namibia.
Pietersite yang dibentuk sphere (bola) |
Sejak tahu 1977 Sid Pieters tidak pernah absen mengikuti pameran permata di Tucson, USA, yang setelah kepergiannya diteruskan oleh istrinya Val dan tiga putri mereka, Shelly, Maurine dan Gail.
Sementara "House of Gems", workshop-nya di ibukota Windhoek tetap beroperasi sampai sekarang di bawah kepemilikian Herbert Naegele.
Kisah Penemuan Pietersite
Nah, kembali ke permata yang akan kita bincangkan. Sid Pieters sedang men-survey sebuah lahan perkebunan di Namibia, ia menemukan batu kecil yang terbungkus limestone/batu gamping.
Karena tidak tahu batu apa di dalamnya, dibawanyalah rough itu ke workshop-nya di Windhoek, dan ketika dibelah tampaklah batu kebiruan dengan urat-urat keemasan bercampur merah di dalamnnya.
Pietersite dengan corak dan warna-warninya yang mengagumkan. |
Namun dalam waktu itu, Sid Pieters telah meregistrasikan penemuannya di Inggris dan pada tahun 1964 mineral ini dipublikasikan sebagai Pietersite. Nama yang diambil sebagai penghormatan Sid kepada ayahnya.
Kerabat Dekat Tiger's Eye dan Hawk's Eye
Pietersite masih kerabat Tiger's Eye dengan properti fisik yang mirip. Namun Pietersite Namibia terbentuk pada kondisi geologis yang berbeda dengan Tiger's Eye.
Tiger's Eye Afrika diduga terbentuk dalam pengisian retakan-retakan pada lempeng benua yang terkait dengan aktifitas tektonik.
Sementara Pietersite, merupakan Tiger's Eye, Hawk's Eye, Jasper dan amfibol (mineral berbentuk serabut) yang disatukan dan terikat dalam kristal Kalsedoni.
Material-material permata di atas sebelumnya terbentuk dalam proses fragmentasi larutan kristal dolomit dan dalam fase berikutnya dolomit digantikan oleh silika.
Batu dengan derajat kekerasannya 5 pada skala Mohs ini depositnya hanya terdapat di dua tempat, yaitu Namibia dan China, tepatnya di provinsi Hunan.
Pietersite origin China, foto By R12347 |
Batu menarik lainnya :
Si Hijau Sungai Dareh atau Idocrase
Kisah Batu Seribu Satu Malam
Warna-warni Batu Delima Grossular
Ini Dia Indukya Batu Permata !
indah sekali yah warna batunya
BalasHapusrental mobil surabaya